Izzatul Islam 107.9 FM

Menebar Dakwah, Merajut ukhuwah.

Sabtu, Oktober 31, 2009

Sadisnya Tentara Serbia, Gadis Kecil Diperkosa dan Dipaksa Pakai Kalung Salib

Satu lagi potret buram kekejaman dan kesadisan Serbia pada masa perang Bosnia dahulu - terungkap, setelah dilakukan persidangan terhadap kasus kejahatan perang.

Mantan komandan tentara Serbia Predrag Kujundzic dinyatakan bersalah atas kejahatan terhadap kemanusiaan - termasuk pembunuhan dan pemerkosaan - oleh pengadilan kejahatan perang Bosnia pada hari Jumat kemarin (30/10) dan divonis dengan hukuman 22 tahun penjara.

Hakim Saban Maksumic mengatakan pengadilan menemukan Kujundzic (48 tahun) telah bersalah atas tindakan "Melakukan dan memaksakan perbudakan seksual, perkosaan, perampasan kebebasan fisik, penganiayaan terhadap masyarakat sipil non-Serbia serta melakukan tindakan yang tidak manusiawi lainnya."

Kujundzic adalah komandan dari unit tentara Serbia Bosnia yang juga dikenal sebagai Predini Vukovi (Serigala Predo) yang beroperasi di sekitar sebelah utara kota Doboj selama perang yang berlangsung pada tahun 1992-95.

"Sebagai komandan dari unit pasukan Serigala Predo, dia turut berpartisipasi dalam perlakuan tidak manusiawi dari 50 orang warga Bosnia (Bosnia Muslim) dan Kroasia Sipil yang ditahan secara tidak sah dan digunakan sebagai tameng manusia selama operasi militer dan 17 di antaranya tewas," kata hakim.

Hakim Maksumic mengatakan bahwa Kujundzic telah pergi ke rumah seorang wanita pada Juni 1992, dengan bersenjata lengkap dan didampingi oleh lima anggota unitnya. Dia memperkosa anak perempuan yang masih di bawah umur dan menghasut tentara lainnya untuk memperkosa ibu dari anak perempuan tersebut.

"Setelah Kujundzic memperkosa anak perempuan yang masih kecil itu, Kujundzic kemudian mengatakan kepadanya bahwa pada hari ini anak perempuan itu akan Mematuhi semua yang dirinya minta dari anak perempuan tersebut, kalau tidak, ia akan membunuh ibunya dan adik perempuannya," kata hakim.

Kujundzic juga memerintahkan gadis kecil itu untuk memakai kalung dengan liontin salib dan seragam kamuflase tentara Serbia . Kujundzic memaksa ia mengenakan baret merah dan mengganti nama Muslimnya menjadi nama Serbia tanpa persetujuan orangtuanya, kata hakim Maksumic.

Namun hakim membebaskan Kujundzic dari tuduhan terpisah yang berkaitan dengan perlakuan tidak manusiawi terhadap tawanan di kamp penahanan.

Pengadilan kejahatan perang Bosnia yang didirikan pada 2005 bertujuan untuk meringankan beban pada pengadilan kejahatan perang milik PBB untuk kasus kejahatan perang di wilayah yang dulu bekas Yugoslavia yaitu Bosnia.

Di tempat terpisah persidangan pemimpin perang Serbia Bosnia Radovan Karadzic dibuka di Den Haag minggu ini, dengan para jaksa menuduhnya memimpin kampanye pemusnahan terhadap Muslim Bosnia selama perang Bosnia 1992-95.(fq/reu)

Kamis, Oktober 29, 2009

Memalukan Mojokerto, Warga Geruduk Perguruan Santriloka

izisfm- Pengasuh Perguruan Ilmu Kalam Santriloka, Kiai Ahmad Naf'an (Gus Aan), dievakuasi dari rumahnya di Kelurahan Kranggan Gang 5 ke Markas Polresta Mojokerto, Jalan Bhayangkara.


Penyebabnya, ratusan warga Kelurahan Kranggan memadati jalan di depan pintu masuk ke Perguruan Ilmu Kalam Santriloka. Warga menuntut Gus Aan dan keluarganya segera pindah, karena ajarannya dianggap mempermalukan warga Kranggan.

Meski Gus Aan sudah dievakuasi, namun suasana di Perguruan Ilmu Kalam Santriloka, masih mencekam hingga Jumat (30/10/2009) dinihari. Belasan polisi berseragam maupun dari Satuan Reskrim dan Intelkam masih berjaga di lokasi itu.

Gus Aan sendiri dievakuasi dengan sebuah mobil jenis kijang yang ditumpangi bersama Kapolresta Mojokerto AKBP Sulistyandri Atmoko. "Dibawa ke Polres atas permintaan perlindungan dari yang bersangkutan," kata Sulistyandri Atmoko.

Pria yang dituduh menyebarkan ajaran sesat itu dikhawatirkan menjadi korban tindakan anarkis warga. Sebab banyak warga yang tahu ajaran Santriloka, saat terjadi dialog antara Gus Aan dengan perwakilan MUI di salah satu stasiun televisi swasta.

Setelah Gus Aan dievakuasi ke markas Polresta, para santri juga diminta polisi untuk meninggalkan lokasi. Rumah berukuran cukup besar itu hanya dihuni isteri Gus Aan dan 4 anaknya. Sedangkan 2 di antaranya masih berusia belum genap 2 tahun.

Saat dihubungi lewat telepon oleh wartawan, Gus Aan sempat bertanya tentang kondisi rumah kontrakannya, termasuk kondisi keluarganya. Gus Aan lega setelah mendapat jawaban, jika rumahnya masih diawasi polisi dan massa mulai berkurang.
(detik)

Rabu, Oktober 28, 2009

Sumpah Pemuda: Wahai Pemuda, Nyalakan Semangatmu !!

Sekitar 81 tahun lampau, ratusan pemuda dari beraneka latar belakang suku, dan daerah berkumpul di sebuah bangunan di Jalan Kramat Raya 106 Jakarta Pusat, sebuah rumah pondokan untuk pelajar dan mahasiswa milik Sie Kok Liong. Pada rapat penutup di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106 itu, para pemuda yang hadir mengucapkan suatu Sumpah Setia yang dikemudian hari dikenal dengan Sumpah Pemuda.

Sumpah Setia itu merupakan hasil rumusan Kongres Pemuda Kedua yang diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Kongres Pemuda Kedua itu konon merupakan respon dan reaksi para pemuda atas Kongres Pertama di tahun 1926.

Dalam catatan sejarah, disebutkan bahwa ormas pemuda memboikot kongres tahun 1926 karena ditumpangi kepentingan Zionis atau Freemasonry dan Belanda. Lokasi Konggres Pertama yang berada di loge Broederkaten di Vrijmetselarijweg dan peran Theosofische Vereeniging (TV) sebagai penyandang dana Kongres Pemuda I 1(926) itulah yang kemudian menjadikan para pemuda memboikot kongres (lihat: Jejak Sejarah Yahudi di Indonesia, Ridwan Saidi).

Isi Sumpah Pemuda versi orisinal tersebut adalah[1]:

Pertama
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Demikianlah isi Sumpah Pemuda yang merupakan sumpah setia hasil rumusan Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia atau dikenal dengan Kongres Pemuda II, yang dibacakan pada 28 Oktober 1928. Selanjutnya, tanggal ini kemudian diperingati sebagai "Hari Sumpah Pemuda".

Rumusan Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada sebuah kertas ketika Mr. Sunario, tengah berpidato pada sesi terakhir kongres. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin[2].

Demikianlah selintas kisah sejarah Sumpah Pemuda. Seberapa pentingkah Pemuda sehingga sampai-sampai sumpahnya pemuda menjadi salah satu kisah yang mengisi sejarah Republik Indonesia? Jauh sebelum Sumpah Pemuda itu ada, Rasul SAW telah bersabda dalam hadits Abdullah bin Mas’ud -radhiallahu ‘anhu-, “Tidak akan beranjak kaki anak Adam pada Hari Kiamat dari sisi Rabbnya sampai dia ditanya tentang 5 (perkara) : Tentang umurnya dimana dia habiskan, tentang masa mudanya dimana dia usangkan, tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan kemana dia keluarkan dan tentang apa yang telah dia amalkan dari ilmunya”. (HR. At-Tirmizi).

Selanjutnya dalam kesempatan lain, Rasul SAW memberikan kabar gembira dalam hadits yang shahih, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya,” lalu beliau menyebutkan di antaranya, “Seorang pemuda yang tumbuh dalam penyembahan kepada Rabbnya.”

Jika sumpah pemuda menggagas sumpah nasionalisme yang hanya terbatas pada konsep daerah dan wilayah tertentu, maka Islam yang diajarkan melalui Rasul SAW mengajarkan sumpah penghambaan hanya kepada Allah SWT saja.

Sumpah Syahadah (sebutlah demikian_pen), ternyata telah ampuh dan sangat jauh lebih ampuh melahirkan para pemuda-pemuda harapan dunia, tak hanya bangsa.

Sebutlah saja misalnya dari proses tarbiyah (pendidikan) Rasul SAW, telah lahir sejumlah pemuda hebat seperti yang paling muda adalah 8 tahun, siapa lagi kalau bukan Ali bin Abi Thalib dan Az-Zubair bin Al-Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, 11 tahun, Al Arqaam bin Abil Arqaam 12 tahun, Abdullah bin Mazh’un berusia 17 tahun, Ja’far bin Abi Thalib 18 tahun, Qudaamah bin Abi Mazh’un berusia 19 tahun, Said bin Zaid dan Shuhaib Ar Rumi berusia dibawah 20 tahun, ‘Aamir bin Fahirah 23 tahun, Mush’ab bin ‘Umair dan Al Miqdad bin al Aswad berusia 24 tahun, Abdullah bin al Jahsy 25 tahun, Umar bin al Khathab 26 tahun, Abu Ubaidah Ibnuk Jarrah dan ‘Utbah bin Rabi’ah, ‘Amir bin Rabiah, Nu’aim bin Abdillah, ‘ Usman bin Mazh’un, Abu Salamah, Abdurrahman bin Auf dimana kesemuanya sekitar 30 tahun, Ammar bin Yasir diantara 30-40 tahun, dan Abu Bakar Ash Shiddiq 37 tahun.

Mereka secara keseluruhannya adalah kalangan pemuda, bahkan ada diantara mereka adalah remaja yang belum atau baru dewasa. Usamah bin Zaid diangkat oleh Nabi SAW sebagai komandan untuk memimpin pasukan kaum muslimin menyerbu wilayah Syam (saat itu merupakan wilayah Romawi) dalam usia 18 tahun. Padahal diantara prajuritnya terdapat orang yang lebih tua seperti Usamah, Abu Bakar, Umar bin Khathab, dan lain-lainnya. Abdullah bin Umar telah pula memiliki semangat juang yang bergelora untuk berperang sejak berumur 13 tahun. Ketika Rasulullah SAW sedang mempersiapkan barisan pasukan pada perang Badar, Ibnu Umar bersama al Barra’ datang kepada Rasul SAW seraya meminta agar diterima sebagai prajurit. Saat itu, Rasulullah SAW menolak kedua pemuda kecil itu. Tahun berikutnya, pada perang Uhud, keduanya datang lagi, tapi yang diterima hanya Al barra’. Dan pada perang Al Ahzab barulah Nabi menerima Ibnu Umar sebagai anggota pasukan kaum muslimin (lihat Shahih Bukhari VII/266 dan 302).

Kisah mengharukan lain muncul dalam peristiwa yang sangat menarik untuk renungan para pemuda di zaman ini. Peristiwa ini selengkapnya diceritakan oleh Abdurrahman bin Auf: “Selagi aku berdiri di dalam barisan perang Badar, aku melihat ke kanan dan ke kiri ku. Saat itu tampaklah olehku dua orang Anshar yang masih muda belia. Aku berharap semoga aku lebih kuat daripada mereka. Tiba-tiba salah seorang daripada mereka menekanku sambil berkata: ‘Wahai paman, apakah engkau mengenal Abu Jahal ?” Aku menjawab: ”Ya, apakah keperluanmu padanya, wahai anak saudaraku?” Dia menjawab: ”Ada seorang memberitahuku bahawa Abu Jahal ini sering mencela Rasulullah saw. Demi (Allah) yang jiwaku ada ditangan-Nya, jika aku menjumpainya tentulah tak kan kulepaskan dia sampai siapa yang terlebih dulu mati antara aku dengan dia!” Berkata Abdurrahman bin Auf: ‘Aku merasa heran ketika mendengarkan ucapan anak muda itu’. Kemudian anak muda yang satu lagi menekanku pula dan berkata seperti temannya tadi. Tidak lama berselang daripada itu aku pun melihat Abu Jahal mondar dan mandir di dalam barisannya, maka segera aku kabarkan (kepada dua anak muda itu): ”Itulah orang yang sedang kalian cari.”

Keduanya langsung menyerang Abu Jahal, menikamnya dengan pedang sampai tewas. Setelah itu mereka menghampiri Rasulullah SAW (dengan rasa bangga) melaporkan kejadian itu. Rasulullah berkata: ‘Siapa di antara kalian yang menewaskannya?’ Masing-masing menjawab: ‘sayalah yang membunuhnya’. Lalu Rasulullah bertanya lagi: ‘Apakah kalian sudah membersihkan mata pedang kalian?’ ‘Belum’ jawab mereka serentak. Rasulullah pun kemudian melihat pedang mereka, seraya bersabda: ‘Kamu berdua telah membunuhnya. Akan tetapi segala pakaian dan senjata yang dipakai Abu Jahal (boleh) dimiliki Mu’adz bin al Jamuh.” (Berkata perawi hadits ini): Kedua pemuda itu adalah Mu’adz bin “Afra” dan Mu’adz bin Amru bin Al Jamuh” (lihat Musnad Imam Ahmad I/193; Sahih Bukhari Hadits nomor 3141 dan Sahih Muslim hadits nombor 1752).

Sangat luarbiasa membaca kisah para pemuda Islam masa-masa dahulu di dalam menggenggam tauhid dan menjiwai penghambaannya kepada Allah SWT. Tak hanya berkorban harta, jiwa dan nyawanya pun ia pertaruhkan untuk dzat yang paling mulia, Allah SWT. Para pemuda itu benar-benar mewujudkan ”sumpah syahadah” mereka untuk benar-benar mempersembahkan hidup, mati, dan segala pengorbanan mereka demi Allah SWT.

Dan ternyata para pemuda-pemuda seperti itu tak sedikit dimiliki oleh Islam pada setiap zamannya. Agak sedikit menjauh dari zaman para sahabat Nabi SAW, lahirlah generasi keemasan Islam pertama setelah Rasul SAW.

Pemuda itu bernama Umar bin Abdul Aziz yang diangkat menjadi khalifah pada usia 37 tahun. Beliau dilantik menjadi Khalifah selepas kematian Sulaiman bin Abdul Malik tetapi beliau tidak suka kepada pelantikan tersebut. Lalu beliau memerintahkan supaya memanggil umat Islam untuk mendirikan sholat. Selepas itu orang-orang pergi ke masjid. Lantas beliau mengucapkan puji-pujian kepada Allah dan berselawat kepada Nabi SAW kemudian beliau berkata:

Wahai sekalian umat manusia! Aku telah diuji untuk memegang tugas ini tanpa meminta pandanganku terlebih dahulu dan bukan pula permintaanku serta tidak didiskusikan bersama dengan umat Islam. Sekarang aku membatalkan baiat yang kamu berikan kepadaku dan pilihlah seorang Khalifah yang kamu ridhoi”.

Tiba-tiba orang-orang serentak berkata:

Kami telah memilih kamu wahai Amirul Mukminin dan kami juga ridho kepada kamu. Oleh yang demikian perintahlah kami dengan kebaikan dan keberkatan”.

Lalu beliau berpesan kepada umat: “Wahai sekalian umat manusia! Sesiapa yang taat kepada Allah, dia wajib ditaati dan sesiapa yang tidak taat kepada Allah, dia tidak wajib ditaati oleh sesiapapun. Wahai sekalian umat manusia! Taatlah kamu kepada aku selagi aku taat kepada Allah di dalam memimpin kamu dan sekiranya aku tidak taat kepada Allah, janganlah sesiapa mentaati aku”. Setelah itu beliau turun dari mimbar. Adakah pemimpin sekarang yang melakukan sumpah syahadah seperti itu? Saya sangat berharap akan ada dan harus ada.

Dalam kisah lainnya tentang Umar bin Abdul Aziz sesaat setelah diangkat menjadi Khalifah dan Amirul Mukminin, Umar langsung mengajukan pilihan kepada Fatimah, isteri tercinta.

Umar: “Isteriku sayang, aku harap engkau memilih satu di antar dua.”

Fatimah bertanya kepada suaminya, “Memilih apa, kakanda?”

Umar bin Abdul Azz menerangkan, “Memilih antara perhiasan emas berlian yang kau pakai atau Umar bin Abdul Aziz yang mendampingimu.”

Kata Fatimah, “Demi Allah, aku tidak memilih pendamping lebih mulia daripadamu, ya Amirul Mukminin. Inilah emas permata dan seluruh perhiasanku.”

Kemudian Khalifah Umar bin Abdul Aziz menerima semua perhiasan itu dan menyerahkannya ke Baitulmal, kas Negara kaum muslimin. Sementara Umar bin Abdul Aziz dan keluarganya makan makanan rakyat biasa, yaitu roti dan garam sedikit.

Itulah sepenggal kisah seorang pemuda Islam yang bersumpah setia dengan syahadahnya. Islam bangga dengan kehadiran mereka.

Selain Umar, sejarah juga masih mencatat beberapa pemuda pengharum dunia dan penerang bumi. Mereka diantaranya adalah Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syirfu al Nawawi atau yang lebih dikenal dengan Imam Nawawi. Ia menghafaz Al-Quran sejak kecil lagi. Ketika berusia 19 tahun, ia pergi ke kota Damsyik (Damaskus) untuk belajar.

Dalam suatu riwayat Imam Nawawi pernah diusir oleh Sultan al-Malik al-Zahir karena beliau berfatwa tidak membenarkan Sang Raja yang mengharuskan mengambil harta rakyat -meskipun untuk keperluan memerangi orang-orang Tartar- selama kekayaannya sendiri masih dapat dipergunakan. Imam Nawawi mengatakan demikian karena sang Sultan diketahui memiliki seribu orang pembantu yang tiap-tiap orangnya memikul banyak emas dan memiliki 200 pembantu wanita yang masing-masing mengenakan perhiasan yang bernilai. Begitulah letak syahadah pemuda Islam yang menjiwai Imam Nawawi. Baginya, kekuasaan tidak bernilai di depan kebenaran.

Tokoh pemuda lain bernama Ibnu Hajar Al ‘Asqalani (773 – 852 H), yang ketika remaja telah menghafal kitab al Hawi karangan Al Mawardi dan kitab Mukhtasar karangan Ibnul Hajib. Tidak lama setelah itu berangkat ke Mekkah dan belajar dan kemudian menjadi Qadhi Mesir lebih kurang selama 2l tahun dalam usia yang masih muda. Lagi-lagi contoh pemuda Islam yang setia dengan sumpah syahadahnya.

Imam Suyuthi, menghabiskan waktu mudanya untuk berpindah-pindah dari satu negeri ke negeri lain mencari ilmu, dari Bagdad sampai ke Syria (Syam), sampai ke Hijaz, Yaman, India, Marokko, Tekruri dan lain-lain daerah Islam ketika itu. Hasilnya, Kitab Tafsir Jalalayn keluar dari penanya.

Nama abadi dari generasi yang menorehkan tinta emas dalam sejarah Islam juga mencatat nama Muhammad Fatih atau Sultan Mehmed II. Ia merupakan pemuda yang memiliki kecerdasan multi bidang. Ia menguasai bidang militer, sains, matematika & menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Jika sekarang, ia oleh dibilang sebagai seorang Profesor Doktor dengan predikat Summacumlaude dari beberapa bidang.


Tepat pukul 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, tentara Utsmaniyyah dibawah kepemimpinannya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne. Ketika itu, ia baru berumur sekitar 21 tahun. Penulis melihat tidak ada seorang komandan yang seusianya sudah mampu meruntuhkan kekuatan negara Super Power saat itu.

Tak kurang cerita pemuda Muhammad Al Fatih ini. Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan solat wajib sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud sejak baligh. Hanya Sulthan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan solat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya. Para ulama mengisyaratkan bahwa beliau adalah pemuda yang dimaksudkan Rasul SAW ketika menubuwahkan kejayaan Islam. "Konstantinopel akan ditaklukkan oleh tentara Islam. Rajanya adalah sebaik-baik raja & tentaranya adalah sebaik-baik tentara" (Nabi Muhammad).

"Aku mendengar baginda Rasulullah SAW mengatakan seorang lelaki soleh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut dan aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda Rasul" (Abu Ayyub al-Anshari kepada panglima Bani Umayyah).

Dari sekian banyak para tokoh-tokoh Islam tersebut yang saya ceritakan beberapa orangnya merupakan orang-orang yang menjadikan masa mudanya dengan ukiran sejarah. Sumpah setia mereka akan syahadah luar biasa. Tak salah bila Nabi Saw berucap tentang Pemuda, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya,” lalu beliau menyebutkan di antaranya, “Seorang pemuda yang tumbuh dalam penyembahan kepada Rabbnya.”

Sudahkah kita bersumpah setia selaksana para pemuda Islam seperti mereka di atas? Ataukah kita masih menjadi pemuda yang hidup di bawah bayang-bayang ayah, ibu, orang tua, keluarga, dan romansa masa lalu?

Saya teringat nasehat seorang kawan, “innal fata man yaqul ha ana dza, laysal fata man yaqulu ka na abi..!! (Seorang pemuda ialah siapa yang berani menepuk dada dan berkata "inilah aku". Bukan pemuda yang mengatakan "adalah ayahku" alias membanggakan orang lain semata).

inna fii yadii sukban amrul ummah wa fii aqdaamiha hayataha

(Sungguh di tangan pemuda-lah masa depan / urusan ummat, dan di atas pundaknyalah kelangsungan kehidupannya)

Oleh karenanya, saya sampaikan sebuah pesan untuk saya dan para pemuda, ”Wahai Pemuda, Nyalakan Semangatmu...!!!”

Ahmed Fikreatif

Selasa, Oktober 27, 2009

PKS Malah Tak Masalahkan Bantuan Israel

izisfm - Masuknya bantuan Israel kepada warga korban gempa di Sumatera Barat tidak dipermasalahkan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Padahal PKS 'katanya' partai yang paling semangat dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina. Sementara pada Ahad (25/10/2009) lalu tentara Zionis Israel melakukan penyerbuan ke Masjid Al-Aqsha yang menodai kesucian Masjid Al-Aqsha.

Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat menyayangkan masuknya bantuan dari Israel ini. MUI khawatir bantuan ini akan mempengaruhi aqidah masyarakat. Karena Yahudi, kalau membantu pasti ada yang dimau.

"Kita tahu prinsip Yahudi, tidak ada yang gratis dari mereka," Ungkap Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat Gusrizal Gazahar pada Senin (26/10/ 2009).

"Kita tahu prinsip Yahudi, tidak ada yang gratis dari mereka," Ungkap Ketua Majelis bidang Fatwa Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat Gusrizal Gazahar

PKS tidak mempermasalahkan bantuan dari Israel ini, karena alasan kemanusiaan.

"Kalau masalah kemanusiaan, sumber dari manapun tak masalah," ujar Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq.

Namun sikap PKS ini, ujar Luthfi, tidak mengubah komitmen PKS terhadap solidaritas perjuangan rakyat Palestina. "Komitmen kami tetap kalau soal Palestina. Solidaritas pada perjuangan rakyat Palestina. Jalur politik juga diperjuangkan," ujarnya di kantor DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta, Selasa 27 Oktober 2009.

Luthfi menjelaskan, PKS tidak memusuhi warga Israel. PKS hanya memusuhi tindakan Israel yang melakukan penjajahan di tanah Palestina.

Pernyataan PKS sangat membuat kecewa sebagian umat Islam, seharusnya PKS bisa bersikap lebih tegas tentang bantuan Israel. Jika alasannya kemanusiaan, rakyat Palestina jauh lebih membutuhkan bantuan tersebut daripada warga Padang.

Dalam laporan terbaru di Israel dan Wilayah Palestina, Amnesty International menuduh Tel Aviv telah membatasi hak untuk mengakses air bagi warga Palestina secara memadai dan Tel Aviv juga telah mengambil kendali penuh atas sumber daya air bersama serta menerapkan pelaksanaan kebijakan diskriminatif dan hanya memberikan hak terbatas bagi rakyat Palestina.

Akibat kebiadaban Israel ini, banyak rakyat palestina yang kehausan dan kekurangan air bersih. Rakyat Palestina menggunakan air yang sudah mereka pakai untuk memasak, mandi, dan mencuci. sementara Israel dengan bebasnya menghambur-hamburkan air utnuk menyiram jalanan, menyirami bunga dan pepohonan, dan untuk memenuhi kolam renang mereka.

Laporan Amnesty International menambahkan, bahwa tentara Israel sering menghalangi rakyat Palestina, bahkan dari mengumpulkan air hujan.

Bantuan untuk warga korban gempa Sumatera Barat melimpah, tidak ada yang menghalangi dan memblokade. Sementara untuk rakyat Palestina, bantuan untuk mereka diblokade tentara Israel.

Bantuan israel

Masyarakat Israel mengirimkan bantuan kemanusiaan senilai US$ 500 ribu bagi korban gempa Sumatera Barat Senin kemarin. Bantuan dari masyarakat Israel ini disalurkan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ke sejumlah lokasi terparah akibat gempa.

Bantuan dari Israel yang disalurkan HMI berupa obat-obatan bagi sejumlah rumah sakit di Kabuapten Padang Pariaman serta Kabupaten Agam. Menurut Ketua PB HMI Pusat, Arif Musthofa, bantuan ini murni sebagai bentuk aksi kemanusiaan. (PurWD/dbs/voaislam)

Senin, Oktober 26, 2009

Yahudi Mengintai Korban Gempa Padang


izisfm – Bantuan dari Israel untuk korban gempa Sumatra Barat sudah masuk dan didistribusikan. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menjadi media penyalurnya. Masyarakat Padang diminta waspada terhadap bantuan ini, jangan sampai aqidah mereka tergadai.

Masuknya bantuan dari masyarakat Yahudi Israel ini sangat disayangkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat. MUI khawatir bantuan ini akan mempengaruhi aqidah masyarakat. Karena Yahudi, kalau membantu pasti ada yang dimau.

"Kita tahu prinsip Yahudi, tidak ada yang gratis dari mereka," Ungkap Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat Gusrizal Gazahar pada Senin (26/10/ 2009).

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS. Al-Baqarah: 120).

MUI SUmbar mengimbau masyarakat yang menjadi korban gempa jangan berpatok pada materi semata. Namun, harus waspada juga terhadap ancaman keimanan mereka. Sedangkan iman jauh lebih berharga daripada materi dunia.

Himbauan MUI Sumbar ini sangat beralasan. Berdasarkan informasi dari al-Qur'an, bahwa Yahudi akan senantiasa berusaha memurtadkan umat manusia dengan segenap potensi yang mereka miliki.

"Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran." (QS. Al-Baqarah: 109)

Masyarakat Israel mengirimkan bantuan kemanusiaan senilai US$ 500 ribu bagi korban gempa Sumatera Barat. Bantuan dari masyarakat Israel ini disalurkan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ke sejumlah lokasi terparah akibat gempa.

Bantuan dari Israel yang disalurkan HMI berupa obat-obatan bagi sejumlah rumah sakit di Kabuapten Padang Pariaman serta Kabupaten Agam. Menurut Ketua PB HMI Pusat, Arif Musthofa, bantuan ini murni sebagai bentuk aksi kemanusiaan.

"Karena ini murni sebagai bentuk aksi kemanusiaan tanpa embel-embel lain, kita terima dan didistribusikan," kata Arif Mustofa, Senin 26 Oktober 2009. (PurWD/dbs/voa-islam)

Minggu, Oktober 25, 2009

Home » Berita Lokal » Upaya Pemurtadan Atas Korban Gempa Sumbar Bukan Isapan Jempol Upaya Pemurtadan Atas Korban Gempa Sumbar Bukan Isapan Jempol

Lagi-lagi upaya pendangkalan akidah dan pemurtadan terjadi kepada korban dalam musibah gempa. Seperti kejadian-kejadian gempa dan musibah sebelumnya, pemurtadan kali ini terjadi di daerah Korong Koto Tinggi, Kenagarian Gunung Padang Alai, Kecamatan Koto Timur, Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Menurut keterangan warga setempat, kejadian itu tidak berlangsung serta merta namun berjalan pelan dan pasti. Upaya pemurtadan ini dilakukan oleh sebuah LSM bernama Samaritan yang mendapat bantuan dari luar negeri (AS-red).

Modus pemurtadan dengan mengajarkan anak-anak setempat pengenalan pada tuhan agama tertentu.

"Siapa tuhan mu?" begitu ucap sang relawan saat mendidik anak-anak di pengungsian, ditirukan oleh warga setempat saat menerangkan modus-modus pendangkalan akidah.

"Alloh SWT" jawab anak-anak itu.

"Bukan Alloh SWT (pengucapan dengan O atau akses Arab), tetapi Allah (pengucapan dengan huruf A)" kata sang relawan.

"Kalian tahu Isa? Siapakah beliau?" tanya sang relawan lagi.

"Isa adalah seorang Nabi dan Rasul yang harus diimani." demikian kurang lebih jawaban anak-anak.

"Bukan, Isa adalah seorang anak Allah yang suci" jawab sang relawan.

Demikian pengajaran yang disampaikan kepada anak-anak di kamp pengungsian sebagai terapi mental. Padahal, anak-anak yang diajarkan itu adalah para pemeluk Islam.

Modus lain yang dipakai adalah janji tawaran bantuan yang diberikan oleh LSM kepada warga setempat. Oleh LSM itu, warga sekampung dijanjikan akan selalu dipasok dengan bantuan logistik selama tiga tahun penuh dengan kehadiran 5 helikopter setiap hari non stop, minimal 2 helikopter.

Daerah Koto Tinggi terletak di kawasan pegunungan dan perbukitan yang cukup berat diakses dari darat mengingat lalu lintas jalan terputus total. Bangunan-bangunan yang ada hampir semua rubuh dan rusak parah.

Sebuah tawaran yang sangat menggiurkan warga setempat di tengah badai musibah gempa. Namun, proposal bantuan menggiurkan itu oleh warga ditolak dengan alasan keimanan.

Oleh warga, dikatakan bahwa jika memang bantuan itu diberikan secara cuma-cuma tanpa ada embel-embel harus berpindah agama keluar dari Islam mereka akan menerima dengan tangan terbuka.

Sayangnya, kata warga, persyaratan yang diajukan oleh LSM itu sangat berat. Warga diminta berganti agama secara benar-benar dan harus selalu menghadiri acara-acara siraman rohani agama barunya itu dan sudah tidak boleh lagi pergi ke masjid dan menghadiri acara-acara keislaman.

Serentak, sekitar 100 warga sepakat menandatangani nota bersama untuk mengusir dengan terpaksa LSM itu karena dianggap memaksakan kehendaknya untuk berganti keyakinan dan melanggar hukum.

Pengaruh yang diperoleh warga kampung setempat, mereka harus rela berpuasa terlebih dahulu menunggu kiriman bantuan yang ditempuh dari jalur darat, mengingat kecilnya kemampuan para relawan dalam negeri dalam fasilitas.

Hingga saat ini, kiriman bantuan yang mereka peroleh baru berasal dari lembaga Majelis Mujahidin dan Mer-C. Demikian keterangan dari M. Shiddieq, ketua tim relawan Korp Majelis Mujahidin Sumatera Barat.

Atas kejadian ini, Shiddieq menghimbau agar pemerintah dan lembaga-lembaga bantuan Islambisa segera mengirimkan bantuan ke daerah .... atau daerah lain yang juga terpencil dan sulit diakses bantuan.

"Saya yakin masih ada daerah lain yang seperti ini." ujarnya.

Daerah-daerah lain yang mau menerima proposal LSM Samaritan dan yang semisalnya, memang secara tampak luar memperoleh bantuan yang lebih layak dan lancar dibanding dengan daerah yang menolak. Kehidupan mereka tampak lebih makmur.

"Kami berharap, para relawan muslim dan relawan lain yag ikhlas membantu, bisa segera datang ke desa Korong Koto Tinggi untuk membantu daerah ini." demikian harap Shidieq kepada Muslimdaily.

[muslimdaily.net]